tempatku tugas

tempatku tugas
Puskesmas Curug kota serang

Sabtu, 18 Februari 2012

°˚˚°♥♥•.¸¸.•»̶♡Gizi Buruk♡»̶•.¸¸.♥♥°˚˚°


                             
        Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor. Masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Gizi Lebih.
        
         Kurangya konsumsi makanan dan penyakit infeksi merupakan penyebab langsung, kemiskinan dan pendidikan yang rendah sebagai masalah utama yang harus ditanggulangi (Unicef, 1998). Cacat bawaan dan kelainan congenital cenderung sebagai “Underlying” factor yang menyebabkan anak menjadi gizi buruk.

           Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan umur harapan hidup, menurunan angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. Pada tingkat pelayanan dasar ( Puskesmas ) pendekatan dilakukan melalui usaha peningkatan peran serta masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang  kesehatan atau dengan cara memberdayakan potensi yang ada di masyarakat.

             Strategi perbaikan gizi 2010-2014 disusun dalam rangka akselerasi pencapaian sasaran perbaikan gizi yang ditetapkan (RPJMN dan MDG’s 2015). Sasaran kebijakan perbaikan gizi 2010-2014 adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tinggi nya 18% : dan prevalensi gizi lebih menjadi setinggi-tinggi nya 10%. Salah satu strategi perbaikan gizi adalah penyediaan pelayanan gizi dan kesehatan gratis bagi keluarga miskin di semua fasilitas pelayanan kesehatan (tenaga, sarana, obat, dll).

             Pendekatan yang digunakan yakni melalui upaya pelayanan kesehatan yang dititik beratkan pada komponen pokok (Basix Six) yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB, .Gizi, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit (P2M), Kesehatan Lingkungan dan Pengobatan Dasar.

             Rangkaian enam komponen tersebut sudah dan akan selalu dilaksanakan di Puskesmas Curug sebagai salah satu kegiatan program pokok puskesmas yang harus berjalan dalam kegiatan sehari-hari dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Curug yang optimal.


        Masalah gizi buruk banyak melanda di sejumlah wilayah di Indonesia, tak terkecuali wilayah kerja UPT Puskesmas Curug. salah satu penyebab terjadinya gizi kurang adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat khususnya ibu dalam memberikan asupan gizi maksimal kepada bayinya.

             Sebenarnya terjadinya Kurang Energi Protein pada seseorang selalu diawali dengan adanya kelaparan.  Pada tubuh seseorang yang tidak makan dengan layak biasanya akan muncul adanya sensasi lapar, yang menunjukkan intake makanan telah kurang dari yang dibutuhan tubuh. Secara fisiologis dalam keadaan lapar yaitu bila lambung kosong dalam waktu lama, akan terjadi kontraksi peristaltik ritmis yang merupakan gelombang pencampur tambahan pada korpus lambung. Jika gelombang pencampur sangat kuat akan menimbulkan kontraksi tetani yang terus-menerus 2-3 menit, paling kuat terjadi pada orang muda sehat, — pada anak-anak tidak terlalu terasa—— kemudian kadar gula darah akan turun sampai tingkat yang rendah. Dan kemudian setelah  3-4 hari makan terakhir muncul sensasi sakit  berupa perih karena lapar.

               Dari berbagai penelitian epidemiologi masalah Kurang Energi Protein selalu diawali dengan keadaan lapar  yaitu Rasa “tidak enak” dan sakit akibat kurang /tidak makan,baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak dan terjadi berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan kesehatan. Selanjutnya keadaan ini didefiniskan  dengan istilah kelaparan (E. Kennedy, 2002)

            Jadi sangatlah jelas penyebab dari kurang energy protein (KEP) adalah makanan yang tidak adekuat maksudnya  intake makanan yang sangat kurang dari kebutuhan akan zat gizi tubuh. Walaupun pada dasarnya Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) sangat tergantung dari :
1.     Karakteristik individu (umur, cadangan nutrient)
2.     Waktu dan hebatnya berlangsung defisiensi
3.     Jenis makanan yang tersedia /dikonsumsi
4.     Lingkungan terutama sanitasi lingkungan
5.     Kesehatan perorangan
6.     Dan pada anak sangat tergantung dari pola asuh orang tua yang diberikan kepada sang anak.

           Tetapi tetap saja Kurang Energi Protein disebabkan  intake makanan yang sangat kurang dari kebutuhan akan zat gizi tubuh yang telah berlangsung lama (kronis). Bentuk KEP tergantung dari zat gizi utama kurang edekuat, bila kurang dalam hal protein dan tubuh diharuskan menggunakan protein tubuh maka gejala-gejala klinis dari kekurangan protein akan muncul, keadaan ini biasa diistilahkan dengan Kwashiorkor. Dan bila kekurangan Energi saja —–terutama energi yang bersumber dari karbohidrat——-maka gejala klinis yang muncul adalah  kekurangan cadangan energy atau energy tubuh benar-benar habis bahkan sel-sel dan jaringan tubuh dirombak untuk dipergunakan sebagai energi, tubuhnya akan terlihat sangat buruk, keadaan ini biasa diistilahkan dengan Marasmus. Tidak jarang juga ditemukan bentuk KEP sebagai akibat kurang adekuat makanan akan protein dan energy (Marasmus-Kwashiorkor). Kesemua itu adalah bentuk-bentuk dari Malnutrisi (kurang Energi Protein).

Bentuk  Malnutrisi (Kurang Energi Protein)
1.     Dewasa dibagi dalam  dua bentuk  yaitu Undernutrition (Kurang Zat Gizi) dan Starvation (Kelaparan)
2.     Anak-anak  dalam   bentuk PEM----- Protein Energi Malnutrition      (menurut JELLIFFE  mencakup seluruh kelompok umur anak) dikelompok menjadi : PEM ringan, PEM sedang dan PEM berat   yang terdiri dari Merasmus, Kwashiorkor dan Merasmus –kwashiorkor.
Walaupun semua adalah Malnutrisi tetapi masing-masing mempunyai gejala klinis sendiri-sendiri baik marasmus, kwashiorkor, maupun marasmus-kwashiorkor.
.
Gejala Klinis dari Marasmus 
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah
1.     Wajah seperti orang tua
2.     Cengen dan Rewel
3.     Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
4.     Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
5.     Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)
6.     Perut cekung
7.     Iga gambang



             Bahkan sejumlah ibu, memberikan makanan yang tidak sesuai seperti pisang dan sejenisnya ketika anaknya masih usia balita.  Rendahnya pemahaman tersebut juga disebabkan oleh pola hidup tidak bersih dan masih banyaknya perkawinan diusia muda. Selain berpengaruh terhadap IQ anak, kurang gizi pada balita juga akan menyebabkan anak menjadi stunting, dimana tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar